Jika ada waktu luang, libur semesteran
katakanlah kalau anak sekolah, coba anda menyempatkan sedikit waktu untuk
berwisata ke daerah yang memiliki obyek wisata Goa. Seperti yang saya lakukan
baru-baru ini adalah mengunjungi obyek wisata goa Pindul di Kabupaten
Gunungkidul, Yogyakarta.
Subhanalloh, dengan didampingi dua orang
pemandu saya disuguhi pemandangan yang tidak pernah dijumpai di alam terbuka.
Indah dan menakjubkan, begitu besar kekuasaan Allah. SWT.
Pemandangan yang sangat indah itu adalah
berupa bebatuan kapur yang membentuk ornament-ornamen dengan berbagai bentuk
dan ukuran, bahkan ada batu yang disebut “Gong” karena setelah dipukul bisa
berbunyi alat gamelan yang disebut dengan “gong”.
Ornamen-ornamen yang membentuk bebatuan indah
itu adalah “Stalaktit” yang bergelantungan di langit-langit goa dan “Stalakmit”
yang muncul dari bawah ke atas.
Semula saya sempat bingung apa yang disebut
stalaktit dan apa yang dimaksud stalakmit. Setelah memperoleh penjelasan dari
dua pemandu kami baru mengerti, bahwa Stalaktit adalah sejenis mineral sekunder
(speleothem) yang menggantung di langit-langit goa kapur.
Sedangkan Stalakmit adalah batuan yang
terbentuk di dasar goa, hasil tetesan air dari langit-langit goa. Stalaktit dan
Stalakmit ini masuk dalam jenis “batu tetes” atau disebut dripstone.
Proses terjadinya Stalaktit dan Stalakmit
adalah pelarutan air di daerah kapur secara terus menerus. Air yang larut
tersebut masuk ke dalam lubang-lubang hingga turun ke goa dan menetes ke dasar
goa. Tetesan-tetasan air tersebut berubah menjadi batuan berbentuk runcing.
Stalaktit membentuk batuan runcing ke-arah bawah, sedangkan Stalakmit
membentuk batuan cuncing dari bawah ke atas. Menurut penjelasan dari pemandu
kami, pertumbuhan Stalaktit dan stalakmit di Goa Pindul itu membutuhkan waktu
sekitar 10 tahun untuk ketebalan sekitar 1 milimeter, katanya. (s.bag)
0 komentar:
Posting Komentar